diari kegagalan untuk yang kesekian kalinya
Diari saya diakhir tahun sama seperti sebelumnya, tidak berubah karena tidak pernah ada hari-hari cerah. Apakah mendung akan selamanya berwarna kelabu? Saya hampir kehilangan akal, rasanya putus asa sudah semakin lengkap. Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya saya oleh kehidupan yang mengombang-ambingkan seisi jiwa. Dunia saya musnah karena sebuah cinta, retak, meledak, hancur berkeping-keping dan telah memungut pergi separuh nyawa saya.
Kini hidup saya seperti didalam neraka karena perbuatan saya sendiri.
Menjelang malam pergantian tahun. Apakah saya harus melewatinya dengan kesepian dan mabuk lagi? Itu sangat tidak adil bagi saya. Sampai kapan nereka ini akan berlangsung? Apakah seumur hidup?
Saya muak, saya bosan, dengan kehidupan ini.
Rasanya saya ingin mencabik-cabik seluruh tubuh saya karena penyesalan ini. Setitik perasaan yang membumi-hanguskan seisi habitat saya. Saya terlanjang dan tak berdaya lagi menghadapi semua ini. Seluruh badan saya sakit. Saya tidak tahu lagi tentang apa-apa. Saya ingin segera pergi dari dunia yang kotor ini. Saat saya berada Dihadapan TUHAN, saya ingin memohon dan meminta agar seluruh jiwa saya dimusnahkan, kembali menjadi sesuatu yang tidak pernah ada, layaknya sebelum saya diciptakan. Saya ingin mematikan seluruh perasaan saya, mati rasa.
Hancur, gagal. Saya telah gagal. Mati terasa segan, akan tetapi hidup terasa enggan. Apa lagi gunanya semua ini? Apa lagi artinya semua ini? Siksaan demi siksaan terasa bagaikan sejuta cemeti berduri yang menyapu seluruh badan, pori, bahkan terasa sampai sumsum tulang.
Dari kesekian hingga kesekian kalinya kegagalan ini berlangsung. Menghilangkan arti sebuah kehidupan.
Demikian diari kegagalan saya untuk yang kesekian kalinya...
21:09
16 december 2003
tuesday
~*~ Edsen P. menggoreskan pena pada pukul @ 4:41 AM ~*~
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~