CERPEN!!! FIKTIV & REALITA.
Ini hanyalah ruangan khusus untuk cerpen. Disini aku berusaha menyalurkan inspirasi, imajinasi, fantasi, ilusi, sekaligus halusinasiku. Semoga masih ada sedikit bakat dari dalam diriku sendiri untuk sisi bidang seni untuk yang ini. Disini aneka cerpen bisa berlandaskan sekedar fiktiv(inspirasi, imajinasi, fantasi, ilusi, maupun juga halusinasi), akan tetapi ada juga yang bisa berlandaskan realita(kenyataan) dari apa yang kualami didalam keseharianku. Selamat datang dan selamat menikmati, Salam.
Tulisan-tulisan kemarin
- 10/01/2003 - 11/01/2003
- 11/01/2003 - 12/01/2003
- 12/01/2003 - 01/01/2004
- 01/01/2004 - 02/01/2004
- 03/01/2004 - 04/01/2004
- 08/01/2004 - 09/01/2004
- 04/01/2005 - 05/01/2005
Jejak bilik kamar lain
~*"Ruang Bilik Kamar EdSeN"*~
|
|
IMAJINASI & KENYATAAN.
Didalam kehidupan sehari hari-hari banyak sekali innspirasi yang menumpang lewat didalam benak. Akan tetapi, darimanakah inspirasi tersebut datang kalau bukan dari imajinasi khayalan. Banyak sekali yang bisa ditulis, baik fantasi yang dialami maupun kenyataan hidup manis atau pun pahit. Sangat disayangkan sekali bila apa saja yang terlintas didalam benak maupun kejadian-kejadian yang menimpa didalam kehidupan tidak segera ditulis. Maka kenangan pun lenyap bersama perginya apa yang pernah terpikirkan oleh otak.
|
|
Monday, November 24, 2003
perasaanku didalam surat cintaku untuk 'By' tersayang
"'By', kamu lagi ngapain?" "Hari ini saya kangen banget sama kamu." "'By', apakah kamu udah makan hari ini?" "Harus makan yang banyak yah, biar sehat dan enggak terkena sakit maag." Demikian kekhawatiran saya untuk seorang yang saya cintai. Tidak ada kebohongan, karena semua perasaan yang ada didalam hati saya lukiskan tanpa saya pendam. "'By', saya mencintaimu." "Apakah engkau merasakannya?" "Bukan maksud hatiku untuk sengaja mengikatmu." "Semua itu karena saya terlalu mencintaimu."
Kadang kala saya berpikir, "apakah 'By' bisa semakin lama semakin tersiksa saat berada didekatku?" Saya selalu merasa kalau diri saya akhirnya hanya akan menyakiti perasaan 'By' dan tidak akan bisa membahagiakannya. Saya hanya bisa berdoa setiap saat agar 'By' selalu merasa bahagia disisi saya. Namun, "apakah engkau tahu 'By'?" "Selama kamu berada didalam lindungan dekapan saya, saya tak akan membiarkanmu disakiti oleh siapapun juga." "Karena 'By', saya akan sanggup membunuh siapapun juga kalau mereka menyakitimu."
"Surat cinta ini hanya khusus saya tujukan untukmu 'By'." "Semoga kamu mengetahui keberadaan perasaan saya yang sesungguhnya untukmu." "Saya telah membuat keputusan terbesar didalam hidupku, kalau saya akan menyerahkan segalanya dari tubuh sampai jiwa untukmu, hanya untukmu." "Ini semua dikarena kamu memang pantas mendapatkannya." Setelah keputusan yang saya buat, saya kembali berpikir, "apakah 'By' juga bisa melakukan sesuatu yang seperti saya perbuat untuknya?"
"Oh 'By', katakan padaku juga." "Kalau kamu juga akan melakukan hal saya sama seperti yang saya lakukan untukmu, kalau kamu juga akan memberikan kehidupanmu, jiwa dan ragamu." "Katakanlah padaku, hanya untuk mendamaikan seisi jiwaku, hanya untuk menenangkanku." "Saya takut sekali!" Dan hingga kini saya masih menunggu jawaban dari 'By'. Dengan perasaanku didalam surat cintaku untuk 'By' tersayang. Dengan segenap air mata pengharapan agar saya segera mendapatkan jawaban.
- 'By'... aku mencintaimu... http://www.pagarlara.blogspot.com
- 'By' sayangku, http://www.jembatanduri.blogspot.com
- 'By'... aku masih... http://www.tudungombak.blogspot.com
- tuk 'By' sayangku http://www.teralipicis.blogspot.com
00:32
25 november 2003
tuesday
~*~ Edsen P. menggoreskan pena pada pukul @ 8:58 AM ~*~
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Tuesday, November 11, 2003
namun senja masih tetap saja sama seperti kemarin
Dan sore ini masih terlihat anak-anak bermain petak umpet dipinggir jalan. Berlari kesana kemari, saya terus berjalan dengan wajah yang tenang tanpa seorang pun tahu kalau hati saya sedang menangis. Kemudian saya melihat ada lagi sepasang muda-mudi berjalan sambil bergandengan tangan. Saya merasa iri, akan tetapi saya hanya bisa berdiam diri dan berusaha tenang, acuh.
Sore ini keadaan masih sama seperti kemarin-kemarin, hanya ada tangisan cinta yang semakin menguasai diri saya. Saya bertanya kepada cermin, "dimana engkau sembunyikan jodohku?" Tetapi tidak ada satu jawaban, hanya buntu. Lalu, saya tidak habis berpikir. Kepada siapa saya harus mengeluh? Kepada siapa saya harus mencurahkan isi hati yang sebentar lagi meledak? Sedangkan didalam kehidupan ini saya harus berhadapan dengan tembok yang memenjarakan diri saya. Semakin mengurung, hari ke hari semakin menyempit. Saya selalu berpikir, "kearah mana aku harus berjalan?" "Sedangkan delapan penjuru tak menyediakan sepintas jalan walaupun hanya sebatas lorong." Saya heran, sangat heran. Mengapa hingga detik ini saya masih tak henti dan tak bosan untuk berpikir dan berpikir terus.
Saat saya memandangi langit senja, terasa juga begitu iri akan sekelompok burung-burung yang berterbangan di langit jingga, kemudian saya berpikir lagi, "ahhh... Begitu enaknya jika kita bisa jadi burung yang terbang diatas langit." "Tahu apa mereka tentang cinta?" Tahu apa juga mereka tentang kesepian?" "Ya... Hidup mereka begitu menyenangkan karena mereka tak tahu arti tertawa dan menangis." Sambil menangis saya berdoa, "ya TUHAN... Mengapa saya tidak dilahirkan menjadi seekor burung saja? Lihatlah TUHAN... Lihatlah keburung tersebut, kemudian lihatlah ke diri saya." "Apa gunanya tubuh manusia?" "Apa gunanya otak berserta hati manusia sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi ini?" "Jika saya harus berdiri menangis disini?" "Menangisi diriku yang kesepian, yang terlantar oleh dia."
Saya terus berharap kalau saya bisa menjadi seperti mereka yang berbahagia dengan keluarga mereka, berbahagia dengan hati dan cinta mereka. Akan tetapi saya masih tidak pernah berhenti untuk terus bertanya, "sampai kapan badai mendung yang membungkus hatiku segera sirna?" "Sedangkan daya tahanku dari hari ke hari semakin berkurang, tenaga saya semakin terkuras meratapi diri ini." "Saya masih bisa berdiri hari ini, kaki saya masih erat tertancap di tanah, tapi bagaimana esok?" "Lusa?" "Atau beberapa tahun lagi?" Saya semakin pusing untuk memikirkan semua ini. Setelah menguak serta memeras otak ini, lelah. Namun senja masih tetap saja sama seperti kemarin.
21:58
11 november 2003
tuesday
~*~ Edsen P. menggoreskan pena pada pukul @ 6:06 AM ~*~
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
|